< Amsal 5

Listen to this chapter • 2 min
[1] Hai anakku, perhatikanlah hikmatku, arahkanlah telingamu kepada kepandaian yang kuajarkan,
[2] supaya engkau berpegang pada kebijaksanaan dan bibirmu memelihara pengetahuan.
[3] Karena bibir perempuan jalang menitikkan tetesan madu dan langit-langit mulutnya lebih licin dari pada minyak,
[4] tetapi kemudian ia pahit seperti empedu, dan tajam seperti pedang bermata dua.
[5] Kakinya turun menuju maut, langkahnya menuju dunia orang mati.
[6] Ia tidak menempuh jalan kehidupan, jalannya sesat, tanpa diketahuinya.
[7] Sebab itu, hai anak-anak, dengarkanlah aku, janganlah kamu menyimpang dari pada perkataan mulutku.
[8] Jauhkanlah jalanmu dari pada dia, dan janganlah menghampiri pintu rumahnya,
[9] supaya engkau jangan menyerahkan keremajaanmu kepada orang lain, dan tahun-tahun umurmu kepada orang kejam;
[10] supaya orang lain jangan mengenyangkan diri dengan kekayaanmu, dan hasil susah payahmu jangan masuk ke rumah orang yang tidak dikenal
[11] dan pada akhirnya engkau akan mengeluh, kalau daging dan tubuhmu habis binasa,
[12] lalu engkau akan berkata: "Ah, mengapa aku benci kepada didikan, dan hatiku menolak teguran;
[13] mengapa aku tidak mendengarkan suara guru-guruku, dan tidak mengarahkan telingaku kepada pengajar-pengajarku?
[14] Aku nyaris terjerumus ke dalam tiap malapetaka di tengah-tengah jemaah dan perkumpulan."
[15] Minumlah air dari kulahmu sendiri, minumlah air dari sumurmu yang membual.
[16] Patutkah mata airmu meluap ke luar seperti batang-batang air ke lapangan-lapangan?
[17] Biarlah itu menjadi kepunyaanmu sendiri, jangan juga menjadi kepunyaan orang lain.
[18] Diberkatilah kiranya sendangmu, bersukacitalah dengan isteri masa mudamu:
[19] rusa yang manis, kijang yang jelita; biarlah buah dadanya selalu memuaskan engkau, dan engkau senantiasa berahi karena cintanya.
[20] Hai anakku, mengapa engkau berahi akan perempuan jalang, dan mendekap dada perempuan asing?
[21] Karena segala jalan orang terbuka di depan mata TUHAN, dan segala langkah orang diawasi-Nya.
[22] Orang fasik tertangkap dalam kejahatannya, dan terjerat dalam tali dosanya sendiri.
[23] Ia mati, karena tidak menerima didikan dan karena kebodohannya yang besar ia tersesat.