< Ayub 31

Listen to this chapter • 4 min
[1] "Aku telah menetapkan syarat bagi mataku, masakan aku memperhatikan anak dara?
[2] Karena bagian apakah yang ditentukan Allah dari atas, milik pusaka apakah yang ditetapkan Yang Mahakuasa dari tempat yang tinggi?
[3] Bukankah kebinasaan bagi orang yang curang dan kemalangan bagi yang melakukan kejahatan?
[4] Bukankah Allah yang mengamat-amati jalanku dan menghitung segala langkahku?
[5] Jikalau aku bergaul dengan dusta, atau kakiku cepat melangkah ke tipu daya,
[6] biarlah aku ditimbang di atas neraca yang teliti, maka Allah akan mengetahui, bahwa aku tidak bersalah.
[7] Jikalau langkahku menyimpang dari jalan, dan hatiku menuruti pandangan mataku, dan noda melekat pada tanganku,
[8] maka biarlah apa yang kutabur, dimakan orang lain, dan biarlah tercabut apa yang tumbuh bagiku.
[9] Jikalau hatiku tertarik kepada perempuan, dan aku menghadang di pintu sesamaku,
[10] maka biarlah isteriku menggiling bagi orang lain, dan biarlah orang-orang lain meniduri dia.
[11] Karena hal itu adalah perbuatan mesum, bahkan kejahatan, yang patut dihukum oleh hakim.
[12] Sesungguhnya, itulah api yang memakan habis, dan menghanguskan seluruh hasilku.
[13] Jikalau aku mengabaikan hak budakku laki-laki atau perempuan, ketika mereka beperkara dengan aku,
[14] apakah dayaku, kalau Allah bangkit berdiri; kalau Ia mengadakan pengusutan, apakah jawabku kepada-Nya?
[15] Bukankah Ia, yang membuat aku dalam kandungan, membuat orang itu juga? Bukankah satu juga yang membentuk kami dalam rahim?
[16] Jikalau aku pernah menolak keinginan orang-orang kecil, menyebabkan mata seorang janda menjadi pudar,
[17] atau memakan makananku seorang diri, sedang anak yatim tidak turut memakannya
[18] --malah sejak mudanya aku membesarkan dia seperti seorang ayah, dan sejak kandungan ibunya aku membimbing dia--;
[19] jikalau aku melihat orang mati karena tidak ada pakaian, atau orang miskin yang tidak mempunyai selimut,
[20] dan pinggangnya tidak meminta berkat bagiku, dan tidak dipanaskannya tubuhnya dengan kulit bulu dombaku;
[21] jikalau aku mengangkat tanganku melawan anak yatim, karena di pintu gerbang aku melihat ada yang membantu aku,
[22] maka biarlah tulang belikatku lepas dari bahuku, dan lenganku dipatahkan dari persendiannya.
[23] Karena celaka yang dari pada Allah menakutkan aku, dan aku tidak berdaya terhadap keluhuran-Nya.
[24] Jikalau aku menaruh kepercayaan kepada emas, dan berkata kepada kencana: Engkaulah kepercayaanku;
[25] jikalau aku bersukacita, karena kekayaanku besar dan karena tanganku memperoleh harta benda yang berlimpah-limpah;
[26] jikalau aku pernah memandang matahari, ketika ia bersinar, dan bulan, yang beredar dengan indahnya,
[27] sehingga diam-diam hatiku terpikat, dan menyampaikan kecupan tangan kepadanya,
[28] maka hal itu juga menjadi kejahatan yang patut dihukum oleh hakim, karena Allah yang di atas telah kuingkari.
[29] Apakah aku bersukacita karena kecelakaan pembenciku, dan bersorak-sorai, bila ia ditimpa malapetaka
[30] --aku takkan membiarkan mulutku berbuat dosa, menuntut nyawanya dengan mengucapkan sumpah serapah! --
[31] Jikalau orang-orang di kemahku mengatakan: Siapa yang tidak kenyang dengan lauknya?
[32] --malah orang asingpun tidak pernah bermalam di luar, pintuku kubuka bagi musafir! --
[33] Jikalau aku menutupi pelanggaranku seperti manusia dengan menyembunyikan kesalahanku dalam hatiku,
[34] karena aku takuti khalayak ramai dan penghinaan kaum keluarga mengagetkan aku, sehingga aku berdiam diri dan tidak keluar dari pintu!
[35] Ah, sekiranya ada yang mendengarkan aku! --Inilah tanda tanganku! Hendaklah Yang Mahakuasa menjawab aku! --Sekiranya ada surat tuduhan yang ditulis lawanku!
[36] Sungguh, surat itu akan kupikul, dan akan kupakai bagaikan mahkota.
[37] Setiap langkahku akan kuberitahukan kepada-Nya, selaku pemuka aku akan menghadap Dia.
[38] Jikalau ladangku berteriak karena aku dan alur bajaknya menangis bersama-sama,
[39] jikalau aku memakan habis hasilnya dengan tidak membayar, dan menyusahkan pemilik-pemiliknya,
[40] maka biarlah bukan gandum yang tumbuh, tetapi onak, dan bukan jelai, tetapi lalang." Sekianlah kata-kata Ayub.