Home
Explore
Religious
Music
News
Podcasts
Bible
By Genre
By Location
By Language
Download app
Log in
Sign up
< Ayub
27
Listen to this chapter • 2 min
[1]
Maka Ayub melanjutkan uraiannya:
[2]
"Demi Allah yang hidup, yang tidak memberi keadilan kepadaku, dan demi Yang Mahakuasa, yang memedihkan hatiku,
[3]
selama nafasku masih ada padaku, dan roh Allah masih di dalam lubang hidungku,
[4]
maka bibirku sungguh-sungguh tidak akan mengucapkan kecurangan, dan lidahku tidak akan melahirkan tipu daya.
[5]
Aku sama sekali tidak membenarkan kamu! Sampai binasa aku tetap mempertahankan bahwa aku tidak bersalah.
[6]
Kebenaranku kupegang teguh dan tidak kulepaskan; hatiku tidak mencela seharipun dari pada umurku.
[7]
Biarlah musuhku mengalami seperti orang fasik, dan orang yang melawan aku seperti orang yang curang.
[8]
Karena apakah harapan orang durhaka, kalau Allah menghabisinya, kalau Ia menuntut nyawanya?
[9]
Apakah Allah akan mendengar teriaknya, jika kesesakan menimpa dia?
[10]
Dapatkah ia bersenang-senang karena Yang Mahakuasa dan berseru kepada Allah setiap waktu?
[11]
Aku akan mengajari kamu tentang tangan Allah, apa yang dimaksudkan oleh Yang Mahakuasa tidak akan kusembunyikan.
[12]
Sesungguhnya, kamu sekalian telah melihatnya sendiri; mengapa kamu berpikir yang tidak-tidak?
[13]
Inilah bagian orang fasik yang ditentukan Allah, dan milik pusaka orang-orang lalim yang mereka terima dari Yang Mahakuasa:
[14]
kalau anak-anaknya bertambah banyak mereka menjadi makanan pedang, dan anak cucunya tidak mendapat cukup makan;
[15]
siapa yang luput dari padanya, akan turun ke kubur karena wabah, dengan tidak ditangisi oleh janda mereka.
[16]
Jikalau ia menimbun uang seperti debu banyaknya, dan menumpuk pakaian seperti tanah liat,
[17]
sekalipun ia yang menumpuknya, namun orang benar yang akan memakainya, dan orang yang tidak bersalah yang akan membagi-bagi uang itu.
[18]
Ia mendirikan rumahnya seperti sarang laba-laba, seperti gubuk yang dibuat penjaga.
[19]
Sebagai orang kaya ia membaringkan diri, tetapi tidak dapat ia mengulanginya: ketika ia membuka matanya, maka tidak ada lagi semuanya itu.
[20]
Kedahsyatan mengejar dia seperti air bah, pada malam hari ia diterbangkan badai;
[21]
angin timur mengangkatnya, lalu lenyaplah ia; ia dilemparkannya dari tempatnya.
[22]
Dengan tak kenal belas kasihan Allah melempari dia, dengan cepat ia harus melepaskan diri dari kuasa-Nya.
[23]
Oleh karena dia orang bertepuk tangan, dan bersuit-suit karena dia dari tempat kediamannya."
< Chapter 26
Chapter 28 >